Perspective On Life

“Bapak asalnya darimana?”

Kalimat itu mengawali pembicaraan kami di tengah padatnya kota Jakarta yang pada akhirnya memberikan gue sebuah pelajaran. Kala itu gue sedang berada di taxi dan dalam perjalanan menuju kantor.

Berperawakan setengah baya, berkulit sawo matang, berambut ikal, dan logat yang khas terdengar dari mulut sang driver. Dengan cepatnya gue beranggapan bahwa driver tersebut berasal dari daerah Indonesia Timur. Dan benar saja, ketika gue bertanya mengenai asalnya, dia menjawab “dari Nusa Tenggara Timur pak, Kupang”. Dalam hati, jangan panggil gue pak donk, masih muda ini…

Ketika melihat ke dashboard di depan, terlihatlah sebuah tanda pengenal. Disitu tertera nama Dermi Ibrahim – nama si driver. Seketika setelah tahu bahwa Dermi berasal dari Kupang, tertariklah gue bertanya mengenai Kupang, ada keindahan apa disana dan juga tanah Nusa Tenggara Timur. Dan juga memori akan keindahan Kepulauan Komodo yang pernah gue singgahi, muncul kembali (yang belum baca ceritanya bisa baca disini The Lost World of Komodo Islands (part one). Kami sempat bertukar cerita mengenai keindahan alam di tanah Flores, Sumba, dan pulau NTT.

Dan you know what, gue baru tahu kalau Timor Leste itu ternyata ada 2 bagian. Satu adalah daerah kecil yang terletak di atas kepulauan NTT, dan satu daerah lainnya yaitu bagian besar di daerah sebelah kanan. Kalau ga terlibat pembicaraan dengan Dermi, gue belom tentu buka google map untuk ngecek peta NTT. =P

Gue penasaran sih, kenapa dia mau jauh-jauh datang dari Kupang dan kerja di Jakarta. Kemudian si Dermi bilang bahwa tanah Kupang itu gersang, dan sempat terjadi bencana kelaparan yang melanda. Mungkin itu salah satu sebab dia mencari nafkah ke Jakarta dan dia sudah 9 tahun loh berkelana di Jakarta. Hebat !

Ia menceritakan mengenai awal merantau ke Jakarta dan bagaimana ia mendapat kerja sebagai driver pribadi di sebuah keluarga kaya yang bertempat tinggal di daerah Menteng. Keluarga tersebut memiliki 3 orang anak. Salah satu diantaranya diantar oleh Dermi kemanapun anak itu pergi. Mulai dari sekolah SD sampai lulus SMA. Setia juga ya dia. Tapi setelah menginjak masa kuliah, anak tersebut pindah ke Bandung. Dan karena Dermi kebanyakan di rumah tidak ada kegiatan, akhirnya dia mengajukan resign dan bekerja di Blue Bird.

Dermi juga bercerita bahwa keluarga itu memiliki banyak asset dan memiliki bisnis yang besar. Tetapi salah satu anaknya mengalami gangguan kejiwaan karena sempat pernah diceraikan oleh istrinya yang menyebabkan dia mengurung diri di rumah selama hampir 3 tahun dan mengkonsumsi obat tidur karena insomnia.

Setelah pembicaraan itu, kami terdiam. Hanya ada suara deru mobil berlalu lalang di sekitar kami. Dan tiba-tiba, Dermi berkata : “Hidup memang tidak ada yang sempurna ya pak, coba lihat keluarga bos saya, hidup berkelimpahan, mempunyai segalanya, tetapi ada saja yang kurang seperti peristiwa yang menimpa salah satu anaknya.” Seketika itu gue terhentak, terdiam oleh kata-katanya.

Kata-kata Dermi seakan menjadi bel pengingat buat gue bahwa tidak ada orang yang memiliki hidup yang sempurna. Setiap orang memiliki masalahnya masing-masing, namun seringkali masalah itu tidak kelihatan dan kebanyakan dari kita menganggap bahwa hidup orang lain itu jauh lebih baik daripada hidup kita sendiri. Seperti kata pepatah : “Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri”. Daripada membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain, kenapa tidak kita fokus akan kebahagiaan hidup kita sendiri dan menghargai apa yang kita miliki?

Gue jadi teringat akan sebuah video di Youtube mengenai percakapan anak kecil dan orang dewasa yang berbicara mengenai hidup. Just a small chat but you can learn a lot from that video and get a new perspective. Kalian bisa melihat video nya disini 57 Years Apart – A Boy And A Man Talk About Life .

 

screen-shot-2017-01-28-at-9-32-26-pm

Dalam video tersebut, sang kakek memberikan advice kepada anak kecil itu yaitu :

  • Dalam hidup tidak harus mengejar kekayaan, tapi lebih kepada kebahagiaan hidup, karena jika kamu bahagia, orang lain juga akan merasakan kebahagiaan itu
  • Lakukan hal yang kamu suka that can put you in your bestself
  • And be yourself dan jangan biarkan orang lain memberitahu apa yang harus kamu lakukan

Hal itulah yang gue kejar, have a happy life, enjoy life to the fullest and berharap hidup gue bisa membawa dampak positif bagi orang lain, dimulai dari orang-orang sekitar gue. Dan ini juga menjadi salah satu alasan gue menulis blog.

Dan di tahun 2017 ini gue selalu menyempatkan diri di setiap kesempatan untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala yang diberikan sampai hari ini. Gue masih boleh diberikan hidup, pekerjaan, lovely family dan memiliki impian. Semuanya itu membuat hidup gue lebih bahagia dan semakin menghargai apa yang gue miliki sampai sekarang.

Terima kasih Dermi, atas kata-kata yang menjadi pengingat gue untuk kesekian kalinya agar jangan lupa bersyukur atas segalanya.

 

 

6 thoughts on “Perspective On Life

  1. Kalau kita mensyukuri apa yang kita dapat dan miliki, hidup memang jadi lebih bahagia. Dan jangan membandingkan rejeki orang lain dengan rejeki kita sendiri, niscaya hidup akan lebih tenang. 😀

    Like

Leave a comment